Selasa, 18 Januari 2011

PAHIT GETIRNYA HIDUP INI

PERJALANAN HIDUPKU 

             Namaku Abidin, lengkapnya yaitu Khairul Abidin. Aku terlahir dari keluarga yang cukup sederhana pada tanggal 10 Maret 1995 di Desa Nagur, Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai,waktu itu masih kabupaten Deli Serdang. Aku anak ketiga dari enam bersaudara. Aku memiliki seorang abang, seorang kakak, dan tiga orang adik. Kami bertempat tinggal di Dusun kecil di Desa Nagur. Kami tinggal disana dengan menyewa tanah milik Pak Haji. Rumah kami memang sederhana, tetapi kebersihan dan kenyamanan....... Subhanallah luar biasa sangat terjaga. Rumahku dikelilingi oleh kebun sawit, kebun pisang dan ternak ikan. Halaman rumahku cukup luas dengan pondok santai disamping rumah. Suasananya cukup sejuk dan nyaman dengan belaian angin sepoi-sepoi. Aku sangat senang, aku bahagia. Aku memiliki tetengga yang sangat baik dan kami sudah menganggap satu keluarga satu sama lain.

             Sejak kecil aku dididik  sangat keras oleh kedua orangtuaku. Bayangkan, sebelum aku sekolah, aku sudah diajarkan membaca,menulis, dan berhitung oleh kedua orangtuaku. Dan jika aku salah ataupun membantah,maka tak segan-segan lagi rotan panjang"mencicipi" badanku. Aku selalu dituntut untuk teliti oleh orangtuaku. Pada awalnya,aku selalu dibuat jengkel tetapi setelah aku masuk Sekolah Dasar....... Alhamdulillah setiap caturwulannya aku selalu mendapat rangking satu. Di kelas aku menjadi Anak Emas guruku. Saat itu aku tahu bahwa didikan keras kedua orangtuaku berbuah manis,aku sangat kagum kepada mereka. Aku sangat senang, karena jika aku mendapat rangking satu,maka orangtuaku pasti memberikan"Surprise" kepadaku baik itu materi maupun sebuah kecupan hangat. Selain itu"kado" dari sekolah juga menantiku. Selain di sekolah,dirumah aku juga dididik oleh kedua orangtuaku. Ayahku mengajariku membaca,menulis, dan berhitung dan ibuku mengajariku mengaji maklum ibuku guru ngaji. Aku kagum kepada ibuku,ibuku,ibuku dan kepada ayahku, karena beliau selalu mendidik anak-anaknya agar selalu mandiri,tegas, dan bertanggung jawab. I love my family, I love you Dad, I love you Mom....... I love you forever. Aku sangat bahagia, walaupun kami hidup sederhana. Tapi aku selalu bahagia. Ayahkun selalu berusaha membuat kami bahagia, walaupun ayahku bekerja hanya sebagai seorang tabib dan ibuku sebagai guru ngaji.

             Setelah naik kelas 2 Sekolah Dasar, orangtuaku pindah rumah ke TPI. Orang tuaku juga beralih profesi. Ayahku sebagai nazir Masjid dan ibuku membuka warung di depan rumahku. Rumah baruku  cukup panjang dan luas, jadi warung ibuku juga lumayan luas. Rumah itu milik pamanku, namanya Sutan. Belum lama tinggal disana, aku sudah dapat berinteraksi dengan orang-orang yang ada disana. Temanku lumayan banyak. Ibuku berjualan sembako dan barang lain serta makanan dan minuman seperti nasi uduk, lontong, pecel, mie sop, kopi,teh dan lain-lain. Alhamdulillah.... usaha ibuku berjalan lancar. Warung ibuku selalu ramai, mulai dari pukul 06.00 sampai 21.00 WIB. Alhamdulilahirabbil'alamin...... terima kasih ya Allah... terima kasih ya Rahman... terima kasih ya Rahim....

             Belum genap sembilan bulan tinggal di TPI, ayahku mulai sakit-sakitan dan terpaksa tidak menjaga Masjid. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat, dan badannya terkulai lemas. Akhirnya ayahku dibawa ke Rumah Sakit untuk berobat. Setelah di Diagnosa ternyata ayahku mengidap penyakit Tifus, Kencing manis, lever, dan stroke. Kami terkejut, mengapa ayahku mengidap penyakit sebanyak itu. Itu merupakan pukulan keras bagi keluargaku. Aku tidak tahu berapa nominal biaya Rumah Sakit yang yang dikeluarkan, tetapi yang kutahu barang-barang warung ibuku dan tabungan ibuku ludes untuk biaya pengobatan ayahku. Warung ibuku terpaksa tutup,rumahku sepi. Ayahku dirawat di rumah kakekku, karena biaya opname di Rumah Sakit begitu mahal. Aku belum begitu faham yang sesungguhnya terjadi pada ayahku, karena saat itu aku baru memasuki usia tujuh tahun. Sesekali kutatap wajah ibuku, kutatap lekat. Disorot matanya terlukis kesusahan yang sangat berat. Ibuku menderita lahir dan juga batin. "ya Allah.... tolonglah ayah dan ibuku" batinku

             Sejak saat itu, ibuku yang mengambil alih sebagai kepala keluarga, ibuku yang jadi laki-laki dan yang jadi perempuan. Tak hanya ibuku yang menderita, tetapi seluruh anggota keluargaku termasuk aku, kakakku, adikku, dan abangku. Setiap hari kami harus bekerja mencari uang. Ibuku dan abangku bekerja saat pagi di Desa Pon dan aku serta kakakku bekerja di pajak setelah pulang sekolah. Dan saat itu pendidikan abangku harus terhenti karena kekurangan dana. Padahal hanya tinggal enam bulan lagi abangku tamat aliyah. Dengan terpaksa abangku harus menerima kenyataan pahit ini.